Masterkata

Aku Menulis Sebab Aku Mencintai Kata-kata

Gundah (mencari jawaban)

Oleh: Asyam Syah

gambar 2 pintuMalam sialan!

Aku mengumpat seperti biasa kulakukan. Memaki rembulan, kucaci bintang, tak henti sampai mulut penat melakukan.

Malam bajingan!

Aku membenci kehidupan. Ketakadilan, kesakitan, kebencian, kepalsuan atas kelakuan. Dan aku lelah, gelap-terlelap.

***

Tak ada kata terselip di bibir

Meski satu frasa tentang tabir

Bilik senyum terselubung rindu

Memekat dalam dada sesak rasa

Menapaki jejak kehidupan

Demi hari esok yang berkecukupan

Menahan perih, pedih, juga geliat manja

Amboi, sudah lama kira rasa

Menyeludup semenjak semula

Tak bisa menepisnya meski nestapa

Menahan dan menahannya saja

Aku seperti melihat malaikat beridiri

Memberi kata yang tak bisa kumengerti

Amboi, kisah hidup memang misteri

Penuh teka-teki dan pazel hati

Aku melihat angin di tepi kali

Meniup seruling daun semangi

Apakah aku gila?  Tidak!

Entah. Aku tidak tahu

Apakah aku hilang waras? Tidak!

Entah. Aku tidak mengerti

Aku berjalan sendiri menapaki jalan yang kulihat bak duri

Kuhitung langkah yang kutelusuri

Mereka melihatku yang seperti;

Entah. Aku tak bisa pahami

Aku meremas rambut. Keras

Mereka melihatku yang seperti;

Entah. Aku belum bisa jelasi ini

Aku melihat mereka yang tercengang

Dan aku balas tatapan cengang itu dengan cengang pula

Aku kembali berjalan

Mulut jua masih belum keluarkan

Satu frasa meski tentang tabir malam

Bukan. Tentang tabir senja sialan

Dalam perjalanan kutemui selokan

Bapak tua berbaju tak karuan sedang sarapan

Bukan. Sedang makan siang

Tidak. Itu makan malam

Aduh… ini siang atau malam?

Aku terpaku mencari jawaban.

Dalam tatapan ini alam kelabu

Malam syahdu atau siang biru?

Tidak! Bukan! Tidak! Bukan!

Bapak tua itu menatapku keheranan

Lalu berkata seraya menghentikan makan

“Apa kau gila?” ucapnya

Aku diam saja

“Apa kau gila?” lagi tambahnya

Bungkamku tak bicara

“Pergi sana, jangan ganggu aku makan!”

Hardiknya pula

Aku masih diam dan kembali berjalan

Kutatap inci kaki yang tak kepenatan

Mukaku menunduk ke bumi

Sesekali kulihat kanan-kiri

Mereka masih melihatku

Dengan raut wajah sok  lugu itu

Ingin aku menhardik keras tatapan-ejek-mu

Kutuju pada seorang pria yang tersungging melihatku

Berbaju rapi dengan jas serta dasi berwarna kelabu

“Hey, apakah kau gila?” terikanya sambil ketawa

Aku masih diam tanpa suara

Aku kembali berjalan lupakan dia

Tanpa melihat ke depan, tak kuhirau kiri-kanan

Di ujung perjalanan. Tidak!

Entah. Aku tidak tahu apa sudah sampai tuju

Ada bapak tua dengan wewangian kasturi

Berbaju putih-wajah bersih tersenyum manis

Seolah telah menantiku sedari tadi

Aku menatapnya keheranan

Wajah sahaja itu membuat sedikit gundahku kehilangan

Aku ingin bertanya apa aku gila? Tapi mulut diam saja. Lalu;

“Engkau tidak gila wahai ananda!” masih dengan senyumnya

Lalu; Ia mempersilakan___

Aku berjalan sambil melihatnya keheranan

Dua langkah-tiga-empat-aku melihat ke depan

Langkah ke lima ku balik ke belakang; Ia menghilang!

Amboi, kemana bapak wajah sahaja itu? Ah, sudahlah.

Aku kembali berjalan. Kutemukan sebuah pintu kelabu.

Bukan!

Itu pintu biru! Sanggah hati.

Tidak!

Itu pintu kelabu! Aku menggerutu

Aku berjalan, kubuka pintu di depan

Gemercik cahaya menyilaukan.

M-A-T-A-H-A-R-I….????

Tidak! Bukan! Tidak! Bukan!

Buka saja pintu itu bajingan!

Hati memarahiku

Aku diam. Aku terpaku.

Sudahlah, apa kau gila?

Hatiku bertanya layak tak suka

Kenapa pula kau bertanya serupa mereka, ha?

Dasar gila. Tidak usah kau banyak cerita!

Hardiknya.

Dua jalan. Ya, itu dua jalan.

Apakah itu______?

Hey, gila. Apa kau ingin simpulan sendiri saja?

Kenapa pula kau hati? Seakan benci sekali.

“Hidup ini pilihan, Nak!”

Si bapak berwajah sahaja

Aku terkaget olehnya.

“Hidup ini pilihan, Nak!”

Ia mengulanginya serupa

“Hidup ini  pilihan….”

Diulanginnya.

“Pilihan?”

“Iya. Pilihan. Dan itu adalah jalan kebaikan serta jalan keburukan. Kau tinggal pilih jalan yang mana. Itulah pilihannya!”

Hha? Aku masih belum paham.

SILAU…..!!!

***

M-A-T-A-H-A-R-I…….???

Iya.

Dan aku dibangunkan. Oleh si kawan yang menarik tirai jendela.

 

Banda Aceh-kamar imajinasi; 5 Des 2014

Desember 6, 2014 - Posted by | Sajak

Belum ada komentar.

Tinggalkan komentar