Gundah (mencari jawaban)
Oleh: Asyam Syah
Aku mengumpat seperti biasa kulakukan. Memaki rembulan, kucaci bintang, tak henti sampai mulut penat melakukan.
Malam bajingan!
Aku membenci kehidupan. Ketakadilan, kesakitan, kebencian, kepalsuan atas kelakuan. Dan aku lelah, gelap-terlelap.
***
Tak ada kata terselip di bibir
Meski satu frasa tentang tabir
Bilik senyum terselubung rindu
Memekat dalam dada sesak rasa
Menapaki jejak kehidupan
Demi hari esok yang berkecukupan
Menahan perih, pedih, juga geliat manja
Amboi, sudah lama kira rasa
Menyeludup semenjak semula
Tak bisa menepisnya meski nestapa
Menahan dan menahannya saja
Aku seperti melihat malaikat beridiri
Memberi kata yang tak bisa kumengerti
Amboi, kisah hidup memang misteri
Penuh teka-teki dan pazel hati
Aku melihat angin di tepi kali
Meniup seruling daun semangi
Apakah aku gila? Tidak!
Entah. Aku tidak tahu
Apakah aku hilang waras? Tidak!
Entah. Aku tidak mengerti
Aku berjalan sendiri menapaki jalan yang kulihat bak duri
Kuhitung langkah yang kutelusuri
Mereka melihatku yang seperti;
Entah. Aku tak bisa pahami
Aku meremas rambut. Keras
Mereka melihatku yang seperti;
Entah. Aku belum bisa jelasi ini
Aku melihat mereka yang tercengang
Dan aku balas tatapan cengang itu dengan cengang pula
Aku kembali berjalan
Mulut jua masih belum keluarkan
Satu frasa meski tentang tabir malam
Bukan. Tentang tabir senja sialan
Dalam perjalanan kutemui selokan
Bapak tua berbaju tak karuan sedang sarapan
Bukan. Sedang makan siang
Tidak. Itu makan malam
Aduh… ini siang atau malam?
Aku terpaku mencari jawaban.
Dalam tatapan ini alam kelabu
Malam syahdu atau siang biru?
Tidak! Bukan! Tidak! Bukan!
Bapak tua itu menatapku keheranan
Lalu berkata seraya menghentikan makan
“Apa kau gila?” ucapnya
Aku diam saja
“Apa kau gila?” lagi tambahnya
Bungkamku tak bicara
“Pergi sana, jangan ganggu aku makan!”
Hardiknya pula
Aku masih diam dan kembali berjalan
Kutatap inci kaki yang tak kepenatan
Mukaku menunduk ke bumi
Sesekali kulihat kanan-kiri
Mereka masih melihatku
Dengan raut wajah sok lugu itu
Ingin aku menhardik keras tatapan-ejek-mu
Kutuju pada seorang pria yang tersungging melihatku
Berbaju rapi dengan jas serta dasi berwarna kelabu
“Hey, apakah kau gila?” terikanya sambil ketawa
Aku masih diam tanpa suara
Aku kembali berjalan lupakan dia
Tanpa melihat ke depan, tak kuhirau kiri-kanan
Di ujung perjalanan. Tidak!
Entah. Aku tidak tahu apa sudah sampai tuju
Ada bapak tua dengan wewangian kasturi
Berbaju putih-wajah bersih tersenyum manis
Seolah telah menantiku sedari tadi
Aku menatapnya keheranan
Wajah sahaja itu membuat sedikit gundahku kehilangan
Aku ingin bertanya apa aku gila? Tapi mulut diam saja. Lalu;
“Engkau tidak gila wahai ananda!” masih dengan senyumnya
Lalu; Ia mempersilakan___
Aku berjalan sambil melihatnya keheranan
Dua langkah-tiga-empat-aku melihat ke depan
Langkah ke lima ku balik ke belakang; Ia menghilang!
Amboi, kemana bapak wajah sahaja itu? Ah, sudahlah.
Aku kembali berjalan. Kutemukan sebuah pintu kelabu.
Bukan!
Itu pintu biru! Sanggah hati.
Tidak!
Itu pintu kelabu! Aku menggerutu
Aku berjalan, kubuka pintu di depan
Gemercik cahaya menyilaukan.
M-A-T-A-H-A-R-I….????
Tidak! Bukan! Tidak! Bukan!
Buka saja pintu itu bajingan!
Hati memarahiku
Aku diam. Aku terpaku.
Sudahlah, apa kau gila?
Hatiku bertanya layak tak suka
Kenapa pula kau bertanya serupa mereka, ha?
Dasar gila. Tidak usah kau banyak cerita!
Hardiknya.
Dua jalan. Ya, itu dua jalan.
Apakah itu______?
Hey, gila. Apa kau ingin simpulan sendiri saja?
Kenapa pula kau hati? Seakan benci sekali.
“Hidup ini pilihan, Nak!”
Si bapak berwajah sahaja
Aku terkaget olehnya.
“Hidup ini pilihan, Nak!”
Ia mengulanginya serupa
“Hidup ini pilihan….”
Diulanginnya.
“Pilihan?”
“Iya. Pilihan. Dan itu adalah jalan kebaikan serta jalan keburukan. Kau tinggal pilih jalan yang mana. Itulah pilihannya!”
Hha? Aku masih belum paham.
SILAU…..!!!
***
M-A-T-A-H-A-R-I…….???
Iya.
Dan aku dibangunkan. Oleh si kawan yang menarik tirai jendela.
Banda Aceh-kamar imajinasi; 5 Des 2014
Belum ada komentar.
-
Arsip
- Oktober 2016 (1)
- Oktober 2015 (1)
- Juni 2015 (1)
- Mei 2015 (2)
- Januari 2015 (1)
- Desember 2014 (2)
- Oktober 2014 (2)
- September 2014 (1)
- Agustus 2014 (1)
- Mei 2014 (1)
- April 2014 (2)
- Februari 2014 (3)
-
Kategori
-
RSS
Entries RSS
Comments RSS
Tinggalkan komentar